Selasa, 06 September 2011

sketch #Part2

Chapter 2..



Senin, 01:05 pm..
“Eh kamu liat Fathu gak?” Tanyaku pada Tiara.
“Hm.. Tadi mah aku liat masih ada dikelas.” Jawab Tiara.
Saat aku sedang berjalan dengan Vinda..
“Eh itu si Tsururin!” Kataku sambil berteriak.
“Mana? (sambil mencari) Oh iya. Sok atuh kayanya mau nanya!” Kata Vinda.
Aku dan Vinda pun mendekati Fathu.
“Eh Fathu, mau nanya. Kalo kamu dapet sabuk biru darimana?” Tanyaku.
“Yaa ikut ujian. Di SD Soka, SMK…”
Belum beres menjawab, aku pun memotong pembicaraan Fathu.
“Aduuuuuh.. Bukan itu! Kamu latihan lagi diluar atau gimana gitu biar dapet lagi sabuk biru?”
Fathu pun menjawab pertanyaanku lagi. (dengan jawaban yang sama)
“Enggak. Ikut ujian di SD Soka, SMK…”
“Aduuuuuuuuuuh.. Bukan itu!! Ya udahlah, lupain aja. Makasih ya.” Kataku memotong pembicaraan Fathu.
“Ya.” Jawab Fathu singkat.
            Saat berjalan menuju gerbang sekolah, aku dan Vinda melihat Fathu masuk lagi kedalam area sekolah. Ya udah deh, nanya lagi aja. Kataku dalam hati.
“Eh Fathu, boleh gak kita manggil kamu Tsururin?” Tanyaku pada Fathu.
“Apa itu Tsururin?” Tanya Fathu dengan wajah heran.
“Ya udahlah gak usah tau!” Jawabku.
            Saat aku dan Vinda berjalan menuju Café Paman (semacam kedai yang ada didepan sekolah kami), tiba-tiba kami sudah melihat Tiara di meja yang kami tempati. Hah?! Jangan-jangan dia udah tau kalo aku ikut karate?! Kataku dalam hati. Tiba-tiba saja Tiara bertanya padaku,
“Kamu karate kan?” Tanya Tiara.
Aku pun menjawab dengan wajah heran,
“Kok kamu tau? Cintia yang ngasih tau ya?”
Lalu Tiara pun menjawab lagi,
“Iya, Cintia yang ngasih tau aku kok. Gak usah malu kali, da gak akan apa-apa.”
            Tak lama kemudian, akhirnya Tiara pun segera pulang karena dia sudah dijemput oleh Pak Uu (sopir kesayangan Tiara, aku, dan teman-temanku sewaktu kelas 7). Cintia pun bergegas pulang. Dan tanpa disadari, ternyata semua orang yang ada disekeliling kami sudah mulai berkurang. Dan pada akhirnya, hanya tinggal aku dan Vinda yang berada di Café Paman. Aku dan Vinda pun mulai merencanakan sesuatu (lagi) untuk mengerjai Fathu.
“Eh Vin, gimana kalo pas hari rabu kita bikin si Tsururin GR (baca: geer). Saya ingin liat orang pendiem GR.” Usulku pada Vinda.
“Ayok! Boleh boleh!!” Jawab Vinda dengan penuh semangat perjuangan.
“Kita bilangin kalo temen kita ada yang suka sama dia, gimana?” Tambahku.
“Boleh boleh!!” Jawab Vinda setuju dengan wajah semangat ’45.
Senin, Selasa, berlalu dengan cepat. Dan pada hari H..
“Buku latihan matematika aku ilang!” Ujar Vinda dengan wajah cemas.
“Ilang dimana? Kok bisa ilang?” Tanyaku.
Lalu Vinda menjawab (masih) dengan wajah cemas,
“Gak tau. Waktu itu ada yang pinjem ke aku.”
Sewaktu istirahat..
“Di, kayaknya hari ini aku gak bakal latihan deh.” Vinda berkata padaku.
Aku hanya bisa membuka mulutku ketika mendengar pernyataan yang dengan spontan keluar dari mulut Vinda.
“Hah?! Terus gimana sama rencana kita buat introgasi si Tsururin?” Tanyaku.
“Ya udah entar aja gak usah sekarang.” Usul Vinda.
“Aaaaah, tapi saya pengennya sekarang!” Kataku sambil sedikit memaksa.
“Aduh sorry ya, Di. Kalo buku latihan aku ketemu mah aku hari ini latihan.” Kata Vinda.
            Secara spontan, wajahku yang tadinya sumringah berubah 9.999 derajat menjadi wajah madesu –masa depan suram-. Gimana jadinya kalo entar yang latihan cuma berdua? Aaarrrrrggh!! Gumamku dalam hati.
            Sebelum pulang, rencananya aku dan Vinda akan member tahu Fathu bahwa Vinda tidak akan ikut latihan. Padahal, saat itu Vinda sudah membawa baju bebas dan celana olahraga.
            Sesampainya dikelas 8h (kelas Fathu), aku melihat Fathu sedang menyantap bekal makan siangnya. Ia menyantap bekalnya sembari duduk di atas meja. Sok cool banget sih! Gumamku dalam hati. Tetapi ada sesuatu yang seketika membuatku ‘ilfeel’, aku melihat kotak makan siangnya berwarna hijau seperti yang dimiliki oleh anak TK. Tanpa piker panjang lagi, aku pun langsung melaksanakan tujuan utamaku.
“Tsururiiiiiiiiiiiiiiin….!! Sini!” Perintahku pada Fathu sambil sedikit berteriak.
Fathu pun mendekatiku, dan bertanya..
“Tsururin teh apa sih?”
“Tsururin itu….. Botak licin!” Jawabku sambil menahan tawa.
            Secara spontan, teman-teman sekelasnya yang mendengar jawabanku langsung tertawa. Walah! Kasian juga nih anak. Kataku dalam hati. Seketika, wajahnya berubah menjadi merah padam.
“Ada apa?” Tanya Fathu singkat.
“Kalo latihannya pake baju bebas gak apa-apa kan?” Tanya Vinda.
“Ya gak apa-apa atuh.” Jawab Fathu.
“Tapi hari ini aku gak akan latihan.” Sambung Vinda.
“Oh, ya udah gak apa-apa kok.” Ujar Fathu.
            Aku pun sudah bersiap-siap. Kok Tsururin belum muncul-muncul ya? Gumamku dalam hati. Saat aku sedang duduk di pojok kelas, aku melihat Fathu sedang berjalan dari arah kelas 7c menuju ke kelasku, tiba-tiba…
“Latihan?” Tanya Fathu dari kejauhan.
“Iya.” Jawabku singkat.
            Dan saat aku masuk ke kelas 7c, aku tidak melihat siapapun. Yang aku lihat hanya meja, kursi, papan tulis, dan tentunya Fathu. Hah?! Just 2 persons?! Yang bener aja?? Tanyaku dalam hati.
            Saat pemanasan, aku berhadapan dengan Fathu. Secara tidak langsung, aku melihat wajahnya dengan jelas. Aku amati satu per satu bagian di wajahnya. Saat pemanasan selesai, Arum –adik Fathu- datang. Yes! Akhirnya bertiga! Gumamku dalam hati. Saat latihan akan dimulai, kami baru sadar kalau kelas yang kami pakai untuk latihan sangat gelap. Akhirnya, kami memutuskan untuk pindah ke kelasku, kelas 8b. Ketika di depan pintu kelas, aku melihat sepasang ababil –abg labil- yang entah sedang apa berada di dalam kelas. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung mengusir mereka secara halus.
            Latihan pun dimulai. Seperti biasa, Senpai memimpin latihan dengan cukup tegas. Terbukti dari baju kami yang terlihat basah saat latihan. Akhirnya latihan pun selesai. Haaaaaaaahh.. Capeknya. Aku mengeluh dalam hati. Tiba-tiba saja aku teringat misiku yang sudah aku rencanakan bersama Vinda. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung menjalankan misi tersebut.
“Eh Fathu, waktu itu ada temen saya yang liat kamu, katanya dia suka sama kamu.” Kataku.
“Aaaah, biasa lah, fans.” Ujar Fathu.
            Hah? Yang bener aja? Fans? Orang kayak begitu punya fans? Gak percayaaaaa! Gumamku dalam hati. Aku hanya bisa membuka mulutku dengan lebar ketika mendengar respon dari Fathu.
            Hari pun berganti menjadi malam. Langit pun berubah menjadi gelap. Terlintas di benakku niat untuk mengirim sebuah pesan singkat untuk Fathu. Akhirnya tanpa pikir panjang, aku pun segera mengambil ponselku dan mengetikkan sebuah pesan untuk Fathu.
Sorry, ini nomernya fathu bukan?
            5 menit aku menunggu, tak ada balasan. 1 jam kemudian pun masih belum ada balasan. Dan sampai akhirnya 2 jam kemudian pun masih belum ada balasan. Karena jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, akhirnya aku pun memutuskan untuk bergelut di dunia kapuk saja.
Keesokan harinya..
            Hari masih pagi. Aku juga baru bangun dari tidurku yang lelap. Ketika aku baru bangun, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Wah, SMS dari siapa ya? Tanyaku dalam hati. Dan ternyata..
Iya, ini nomernya fathu..
Tapi ini nomernya siapa?
Ternyata balasan dari Fathu. Ya sudahlah mumpung ada pulsa, bales aja. Gumamku dalam hati.
Ini nomer temennya vinda, yg itu loh, yg baru msk karate.
Klo smsan panggil andro aja!
Tiba-tiba saja Fathu menghilang.


To Be Continue~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar